http://www.google.com/
1. Sinopsis babak I
Rsi Wiswamitra meminta bantuan Rama anak Raja Dasarata untuk melindungi pelaksanaan yadnya dari para asura. Setelah melaksanakan yadna, Rsi Wiswamitra mengajak Rama dan Laksmana mengikuti sayembara untuk memperebutkan Dewi Sita, anak Raja Janaka di Mithila. Rama berhasil memenangkan sayembara dan menikah dengan Sita di Mithila.
Suatu ketika Dasarata yang sudah tua, ingin mengangkat Rama sebagai penggantinya. Mendengar Rama akan dinobatkan menjadi Raja, Kuni menghasut Kekayi. Kekayi menagih janji pada Dasarata: 1. Mengangkat anak mereka, Bharata menjadi Raja dan
2. Membuang Rama ke hutan selama 14 tahun
Dasarata tidak bisa menolak permintaan Kekayi karena sudah terikat janji dengannya. Rama pergi untuk menebus hutang ayahnya, Sita dan Laksmana turut menemaninya. Dasarata wafat dalam kesedihan. Tak lama setelah itu, Bharata pulang dari istana kakenya Aswapati. Kekayi menjelaskan apa yang telah terjadi. Bharata dan segenap rakyat lalu menyusul Rama ke Hutan, memintanya untuk kembali dan menjadi Raja. Rama menolak karena ia telah terikat oleh perintah ayahnya sekaligus ingin menumpas habis klen asura yang tiada hentinya membuat keresahan di bumi.
Rama, Sita, dan Laksmana akhirnya menetap di Parwati, daerah hutan Dandaka yang berada di bawah kekuasaan rakshasi Sarpakenaka, adik Rahwana. Sarpakenaka iri pada Sita dan hendak membunuhnya. Laksmana datang melindungi Sita dan membuat Sarpakenaka terluka. Sarpakenaka lalu mengadu pada kaka iparnnya, Kara. Kara dan para asura membentuk angkatan perang, dan menggempur Rama, namun mereka kalah.
Sarpakenaka akhirnya mengadu pada Rahwana di Kerajaan Alengka. Rahwana bersama pamannya Marica yang awalnya sempat menentang keinginannya, menjalankan stategi untuk menculik Sita. Marica menyamar menjadi kijang kencana, Sita tertarik dan ingin memilikinya. Rama pun mengejarnya atas permintaan Sita. Ketika Rama sadar bahwa ia sudah pergi terlalu jauh dan kijang itu semakin sulit digapai, ia memanah kijang itu. Marica pun kembali ke wujud aslinya dan menjerit menirukan suara Rama. Sita memerintahkan Laksmana untuk menyusul Rama. Laksmana tengah mengetahui niat licik Marica dan menjelaskan pada Sita, namun Sita malah menuduhnya tak setia dan bermaksud kurang baik. Laksmana tersinggung, ia pergi menyusul Rama. Rahwana datang, dan menculik Sita. Sita berteriak, Jatayu sahabat Raja Dasarata datang untuk menolong, namun ia kalah. Sebelum Jatayu mati, ia memberitahu Rama bahwa Sita telah diculik Rahwana.
2. Tinjauan Filosofis
· Konfusianisme
Ramayana merupakan suatu epos yang kaya akan nilai-nilai luhur seperti Li, Chun Tzu, Te, dan Wen yang patut dijadikan teladan bagi masyarakat luas untuk mencapai harmoni. Li berkenaan dengan pelaksanaan ritual dan mengedepankan etika normatif (Zheng Ming), hal ini dapat kita temukan di antaranya pada begawan Wiswamitra yang melaksanakan ritual yagna demi memperkuat kebaikan di dunia dan menyenangkan para dewa-dewi, Dasarata yang bersikap murah hati kepada rakyatnya, dan rakyat Ayodhya yang setia pada sang penguasa. Chun Tzu—manusia yang cinta kebenaran, berwawasan luas, dan patuh pada adat istiadat, serta Te sebagai kekuatan untuk mengarahkan orang lain untuk melakukkan apa yang kita inginkan tanpa paksaan, dapat kita temukan di diri Rama. Dan Wen—pengantar kedamaian masyarakat melalui seni, tercermin pada Ayodhya dan Mithila yang memiliki peradaban mulia, kesenian yang halus, dan syair yang indah.
Dalam ajarannya, konfusius lebih menekankan kewajiban daripada hak. Dan jika terjadi konflik antar individu, salah satu pihak harus rela melepaskan haknya demi keluarga atau masyarakat. Seperti Rama yang bersedia mundur dari penobatannya sebagai raja demi melunasi hutang ayahnya, menjaga nama baik ras Ikswahu, dan demi memberantas kejahatan yang ada di bumi. Adapun Wiswamitra yang melaksanakan yagna bukan untuk kepuasan pribadinya, melainkan untuk kebaikan umat manusia.
Selain itu konfusius juga menekankan pentingnya mengatur diri sendiri. Karena seseorang baru akan mampu mengatur keluarga, selanjutnya masyarakat, negara, dan dunia, jika ia berhasil mengatur dirinya terlebih dahulu. Kemampuan mengatur dengan baik ini nampak jelas sekali pada pribadi begawan Wiswamitra.
REFERENSI
Wikipedia. 2011. “Ramayana” dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Ramayana,
diunduh pada 27 November 2011, pukul 17.09 WIB.
diunduh pada 27 November 2011, pukul 17.09 WIB.
Narayan, R. K. 2004. Ramayana. Bandung: Mizan Media Utama.
Satria, Wayan S. 2007. Sumbangan Pemikiran Cina kepada dunia: Hand out kuliah Sejarah Filsafat Cina FIB-UI.
No comments:
Post a Comment