http://www.google.com/
Setiap langkah yang kita ambil tidak pernah lepas dari kegiatan berpikir, entah itu yang bersifat reflektif ataupun yang melalui proses kontemplasi. Satu hal yang perlu kita ingat, bahwa setiap pengetahuan dan langkah yang lahir melalui proses budi kita tidak pernah lepas dari pengetahuan yang kita miliki. Dengan kata lain, pengetahuan yang kita miliki sangat penting dan sangat mempengaruhi kemana langkah kita selanjutnya dan kondisi ke depan—setidaknya yang dapat kita pengaruhi. Dalam mata kuliah Sejarah Filsafat Yunani, tentunya kita memperoleh banyak pengetahuan terutama yang sifatnya mendasar—seperti konstruksi dasar pemikiran atau kerangka teoritik. Kita mempelajari sejarah pemikiran para filsuf secara sistematis dari Thales sampai Aristoteles, sekaligus mempelajari sejarah Yunani secara implisit. Kita juga mempelajari perjalanan suatu pemikiran dari satu filsuf ke filsuf lainnya, dan bagaimana suatu pemikiran dapat diterima ataupun dibantah secara tegas oleh khalayak umum. Bila dianalogikan, mata kuliah ini ibarat sebuah pondasi yang menopang dan menentukan bentuk sebuah bangunan, karena sifatnya yang mendasar. Pengetahuan yang kita dapatkan dari sejarah filsafat Yunani sangatlah penting sebagai pijakan awal di dunia filsafat. Tiada akhir tanpa awal, begitu juga dengan filsafat. Filsafat-filsafat yang kita temukan saat ini, tidak lain merupakan pemikiran para filsuf yang dikonstruksi, rekonstruksi, ataupun didekonstruksi, yang awalnya berasal dari pemikiran para filsuf Yunani. Para filsuf Yunani memberikan pengaruh yang teramat besar bagi peradaban manusia—baik pada zamannya ataupun zaman sesudahnya. Entah itu berdampak pada perkembangan ilmu pengetahuan, kebijakan, ideologi, dan lain-lain. Contoh konkret dapat kita ambil dari sosok Aristoteles.
Aristoteles telah memberikan sumbangan pemikiran yang amat besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Aristoteles menulis tentang astronomi, zoologi, embryologi, geografi, geologi, fisika, anatomi, physiologi. Selain itu, ia juga merupakan penyumbang utama dalam tiap bidang penting falsafah spekulatif; etika, metafisika, psikologi, ekonomi, teologi, politik, retorika, estetika, pendidikan, puisi, adat-istiadat orang terbelakang dan konstitusi Athena.
Aristoteles dilahirkan di kota Stagira, Macedonia, pada 384 SM dan meninggal pada tahun 322 SM. Dengan sumbangan dana yang diberikan oleh Alexander Agung— raja Macedonia sekaligus mantan muridnya, Aristoteles dapat melakukan berbagai riset dan eksperimen di Lyceum—semacam akademi yang didirikannya. Ia menghasilkan tidak kurang dari 170 karya, dan 47 di antaranya masih bertahan hingga saat ini. Logika dalam karyanya yang berjudul Organon—yang berarti ‘alat’ merupakan karya yang paling penting di antara karya-karyanya yang lain. Hal ini dikarenakan, logika Aristotelian berbeda dengan ilmu-ilmu lainnya. Logika merupakan alat yang digunakan untuk mempraktekkan ilmu pengetahuan, karena logika merupakan studi tentang prinsip-prinsip bernalar tepat, lurus, dan benar. Logika deduktif dalam aplikasi bahasa pemrograman, ataupun logika induktif pada riset ilmiah. Merupakan bukti nyata, bahwa logika Aristoteles masih dipergunakan hingga saat ini dalam kehidupan sehari-hari.
Kejeniusan Aristoteles yang tergambar melalui karya-karyanya, semata-mata bukanlah suatu pemikiran yang lahir sendiri begitu saja. Murid yang menempuh jenjang pendidikan di Akademi Plato selama 20 tahun ini, pastinya dipengaruhi oleh pemikiran para filsuf sebelumnya. Begitu juga dengan filsuf-filsuf setelah Aristoteles. Pemikiran Aristoteles memberikan pengaruh besar bagi filsuf-filsuf sesudahnya; Filsuf Islam Ibnu Rusyd (Averroes), yang mencoba merumuskan suatu perpaduan antara teologi Islam dengan rasionalismenya Aristoteles, keberhasilan Maimomides mencapai sintesa dengan Yudaismenya, serta Summa Theologia-nya cendikiawan Nasrani St. Thomas Aquinas.
Sebagai orang yang realistis tokoh Aristoteles memberikan gambaran kepada kita tentang bagaimana keadaan dan pandangan orang-orang Yunani pada zamannya, hal ini tercermin dari pemikirannya bahwa martabat wanita lebih rendah ketimbang laki-laki. Di sisi lain, sebagai orang yang cerdas, pandangannya jauh ke depan. Di zamannya yang masih kuno dan belum terdapat banyak sekolah seperti sekarang, ia pernah berkata “Barangsiapa yang sudah merenungi dalam-dalam seni memerintah manusia pasti yakin bahwa nasib sesuatu emperium tergantung pada pendidikan anak-anak mudanya.” Kehadiran Aristoteles telah memberikan perubahan radikal bagi peradaban masyarakat luas, mulai dari para filsuf, ilmuan, sampai sivitas akademika. Pola pemikirannya yang sistematis, praktis, dan logis, dapat dibuktikan kebenarannya dan diterima oleh khalayak umum. Aristoteles dikenal dengan berbagai julukan seperti; Ahli filsafat terbesar di dunia sepanjang zaman, Bapak peradaban barat, Bapak eksiklopedi, Bapak ilmu pengetahuan, atau Guru para ilmuwan.
Sepuluh jenis kata yang dikenal orang saat ini seperti; kata benda, kata sifat, kata kerja, dan sebagainya merupakan pembagian kata hasil pemikirannya.
Begitu juga dengan istilah-istilah penting seperti; kualitas, individu, substansi, materi, esensi ,informasi, relasi, energi, kuantitas, dsb.
Pelajaran yang dapat kita ambil dari mata kuliah Sejarah Filsafat Yunani melalui tokoh Aristoteles adalah sejarah pemikirannya. Tentang bagaimana tokoh tersebut dapat melahirkan pola pemikiran yang sedemikian rupa, reaksi masyarakat—entah menerima, memperdebatkan atau membantahnya secara tegas, serta pengaruh yang ia berikan pada para filsuf selanjutnya. Seperti halnya logika Aristoteles, yang secara tidak langsung membantah dunia idea Plato. Menurut Plato, yang kita lihat di dunia ini adalah rekaan dari dunia idea yang sempurna—ideal. Sedangkan, Aristoteles dengan logikanya menyangkal adanya ide bawaan, karena konsep tentang segala sesuatu baru akan masuk ke dalam budi kita jika panca indra sudah menangkapnya.
Pengetahuan yang kita dapatkan dari sejarah filsafat Yunani sangatlah penting sebagai pijakan awal di dunia filsafat. Bukan hal yang mustahil, apabila kita dapat tersesat di dunia filsafat yang teramat luas jika, dasar pemikiran yang kita miliki kita rapuh. Hal ini didasarkan pada penalaran ciri pemikiran filsafat yang koheren, integral, dan sistematis. Tidaklah mungkin kita membangun sebuah bangunan besar tanpa pondasi. Begitu juga dengan filsafat, tanpa Sejarah Filsafat Yunani.
DAFTAR PUSTAKA
Hayon, Y.P. 2005. Logika: Prinsip-prinsip Bernalar Tepat dan Teratur. Jakarta: Penerbit ISTN.
Kattsoff, Louise O. 2004. Pengantar Filsafat, (terjemahan Soejono Soemargono). Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
Biografi Tokoh Dunia. 2008. "Biografi Aristoteles: Bapak Ilmu Pengetahuan" dalam
http://kolom-biografi.blogspot.com/2008/11/biografi-aristoteles-bapak-ilmu.html, diunduh pada 1 Desember 2010, pukul 10.32 WIB.